Rabu, 30 Oktober 2013

Koorporasi Media Massa di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan media massa di Indonesia cukup menakjubkan. Perkembangan tersebut mulai bangkit sejak tumbangnya Orde Baru dan munculnya era Reformasi. Pada era Reformasi itu, pemerintah menerbitkan UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Dalam UU ini, istilah kebebasan pers disepakati diganti menjadi kemerdekaan pers, yakni salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pada zaman inilah setiap orang berlomba-lomba menginformasikan segala sesuatu lewat media massa tersebut. Tak hanya itu saja, banyak orang yang mendirikan perusahaan media massa, seperti dibidang pertelevisian, radio, dan media cetak.


Sasa Djuarsa Sendjaya dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung (2000:6) menyampaikan data-data tentang perkembangan media sebagai berikut:

  • di bidang pertelevisian, selain jaringan TVRI, terdapat 10 (sepuluh) stasiun televisi swasta, yaitu RCTI, TPI, SCTV, ANTEVE, INDOSIAR, METRO TV, TRANSTV, TRANS7, tvOne, dan GLOBAL TV. Di samping itu kini telah beroperasi 7 televisi berlangganan satelit, 6 televisi berlangganan terrestrial, dan 17 televisi berlangganan kabel;
  •  dunia penyiaran radio pun mengalami kemajuan meskipun tidak sepesat televisi. Hingga akhir tahun 2002, terdapat 1188 Stasiun Siaran Radio di Indonesia. Jumlah itu terdiri atas 56 stasiun RRI dan 1132 buah Stasiun Radio Swasta;
  • perkembangan industri dan bisnis penyiaran juga telah mendorong tumbuh pesatnya bisnis rumah produksi (Production House/PH). Sebelum krisis ekonomi, tercatat ada 298 buah perusahaan PH yang beroperasi di mana sekitar 80% di antaranya berada di Jakarta. Pada saat krisis, khususnya antara tahun 1997-1999, jumlah PH yang beroperasi menurun drastis sampai sekitar 60%. Pada tahun 2003, bisnis PH secara perlahan kembali bangkit yang antara lain didorong oleh peningkatan jumlah televisi swasta. Kebutuhan TV swasta akan berbagai acara siaran, mulai acara hiburan sampai acara informasi dan pendidikan, banyak diproduksi oleh PH lokal; serta 
  • dalam bisnis media penerbitan, khususnya surat kabar dan majalah, juga mengalami peningkatan khususnya dalam hal kuantitas. Pada tahun 2000, menurut laporan MASINDO, terdapat 358 media penerbitan. Jumlah tersebut terdiri atas 104 surat kabar, 115 tabloid, dan 139 majalah. Hal menarik dalam penerbitan media massa cetak ini adalah semakin beragamnya pelayanan isi yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan segmen khalayak pembacanya.

Tidak bisa di pungkiri bahwa penduduk Indonesia yang sekitar 230 juta jiwa itu tidak hanya menjadi rebutan bagi para investor asing  ,tetapi njuga menjadi arena persaingan ketat dari berbagai konglomerasi patungan lokal dengan investor internasional. Khususnya dalam arena politik,persaingan teresebut semakin ketat menjelang pesta demokrasi tahun 2014 ,selain persaingan serupa yang juga dilakukan oleh berbagai kapitalis asing sebagai salah saatu faktor krisis  ekonomi AS dan krisis  zona Euro  yang melanda Eropa.

Sebagai pendorongnya lembaga pemeringkatan Fitch telah memberikan status  BBB minus bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia,sebagai pertanda perekonomian negeri ini yang relatif lebih baik dari keadaan sebelumnya .Dan hal itu  di perkuat lagi oleh lembaga keuangan internasional,bahwa tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2012 sekitar 6 persen ,yang merupakan suatu pertumbuhan yang sangat sulit diraih oleh negara-negara zona Euro sekarang ini.Dalam konteks ini,maka berbagai kapitalis asing akan memindahkan modalnya ke Indonesia,sesuatu yang dianggap posistif oleh Hatta Raajasa.

Oleh sebab itu para kapitalis new Liberal itu sangat membutuhkan sebuah rejim yang bisa melindungi semua kepentingan mereka,karenanya para kapitalis tersebut  perlu jaminan dari pemerintah yang stabil agar tetap bisa mempertahankan”staus quo”.Kelihatannya pemerintahan  dibawah pimpinan SBY ini sangat cocock bagi mereka untuk mengekploitasi berbagai sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini.

Sekiranya kedepan Indonesia tidak lagi di kuasai oleh rejim yang bisa memberikan berbagai fasilitas istimewa kepada mereka ,maka proses eksplorasi dan eksploitasi berbagai sumber daya alam Indonesia tentu saja akan terganggu .Dalam konteks inilah para konglomerasi senantiasa memperkuat dirinya dalam suatu kolaborasi supaya sekiranyapun rejim kedepan berubah namun tetap bisa menjamin berbagai kepentingan mereka ,karenanya mereka perlu mengambil langkah-langkah yang strategis dengan menguasai media massa sekaligus telah menguasai persepsi rakyat ,sehingga terpola sesuai dengan kepentingan ekonomi dan juga politiknya.Melalui media yang mereka kuasai tersebut dengan relatif mudah mereka bisa mengontrol dan mensettinisasi pola pikir rakyat, untuk merealisaikan segala tujuannya.

Untuk itu mereka coba mengambil langkah-langkah yang sangat strategis  dengan menguasai  media massa,bnaik media cetak maupun media elektronika sebagai sarana penting untuk merekayasa opini bangsa Indonesia agar sesuai dengan kepentingan mereka sendiri.Makanya sekarang para pemodal kuat berlomba-lomba untuk menggenggam dan menguasai berbagai media massa lokal maupun nasional sebagai langkah awal bagi proses merebut  persepsi dan kebijakan publik bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu jangan heran sekiranya bangsa Indonesia yang tiap saat melahap berbagai informasi dari media cetak dan elektronika dari  berbagai acara yang  disaajikan kepada publik tersebut terkesan seragam dalam berbagai aspeknya,karena memang  media massa tersebut hanya dikuasai oleh tangan-tangan gurita yang hanya hanya mementingan keuntungan bisnis belaka.Dan jikapun media massa itu seakan menjadi corong atau juru bicara seseorang politisi yang reformis,tidak lain hanya sekadar pemanis bibir semata dalam kontek merebut hati rakyat untuk berkuasa atau supaya diperhatikan oleh penguasa supaya solusi-solusi yang dikeluarkan pemerintah tidak  akan merugikan segala kepentingannya.

Di Indonesia sekarang terdapat tangan gurita yang menguasai media massa ,misalnya sebut saja TV One,An TV,Viva News yang dikuasai Bakrie Group  pimpinan Abu rizal Bakrie yang juga Ketua Umum Partai Golkar. Lalu kemudian kelompok Media Gropu pimpinan Surya Paloh ,petinggi Nasdem .Kleompok ini juga memiliki jaringan medianya yang kuat seperti Metro TV,Media Indonesia,yang berkolaborasi dengan pemilik jaringan media lainnya Herry Tanusudibyo.Disamping Surya Paloh .Herry Tanusudibnyo yang memiliki media massa ,seperti RCTI,Global TV,Sindo TV,Koran Sindo,MNC TV,Trsut,MNC Radio .Mereka juga berkolaborasi dengan kapitalisme Zionis Israel,Haim Saban pemilik peruhaan Saban Capital Group Inc yang merupakan salah seorang tim sukses Bill Clinton yang akrab juga dengan politisi Tel Aviv,tempat kelahirannya itu.Pengusaha Israel itu memiliki 5 persen sahamnya di MNC  milik konglomerat Herry Tanusudibyo .

Kemudian Chairul Tanjung juga sekarang merupakan pemilik Trans TV,Trans 7 ,Detik .com  yang oleh PKS sudah dical;onkan sebagai kandiodat capres tahun 2014 bersama Joko Suyanto ynag akan bersaiang ketat dengan Ical dan Surya paloh.Sedangkan kelompok media lainnya  yang pernah di komandani oleh Dahlan Iskan bisa dipastikan akan berada dibelakang partai penguasa sekarang,Demokrat.Dan posisi mantan ketua PWI dan PLN ini semakin penting peranannya kedepan ketika SBY tidak bisa berkuasa lagi karena konstitusi  dan tidak diperlukan  lagi oleh rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar